Potret Mimpi

Posted: Thursday, February 18, 2010 | Ditulis oleh saha | Labels:
Kuharap warna hati yang pekat di siang hari pernikahan. Sementara memudar saat kau pakaikan kebaya putih-putih untuk menyongsong senja dan malam pertama yang hitam sedikit legam dari warna hatimu. Kuharap potret-potret mimpi yang telah rapih kita buat album sejak saat pertama kita bertemu tak rusak dimakan usang dan ego-ego yang membatasi setiap lembaran album itu. Kelak, saat hidup kita semakin tenggelam dihanyutkan nilai-nilai peradaban : hidup untuk bekerja dan bekerja untuk hidup.
Aku ingin kau tetap menemaniku membangun rumah panggung di hamparan rumput. Yang dindingnya kita penuhi dengan tempelan potret-potret mimpi kita serta koran-koran bekas yang banyak memuat berita : ketidakadilan, pembunuhan, pemerkosaan, demonstrasi mahasiswa dan keserakahan para penguasa yang ingin disejajarkan dengan Tuhan.
Aku yakin, orang-orang yang hidup di dalam dinding-dinding tinggi, halaman luas penuh timbunan emas akan merasa iri kepada kita. Karena rumah kita hanya rumah kecil dari bilik tetapi penuh warna dan begitu hidup. Sementara mereka tinggal dalam dinding-dinding putihpucat dan menyisakan satu tambahan warna saja: keemasan. Di saat mereka sibuk untuk mengenalkan anak-anaknya pada warna emas, kita tak akan letih mengajari anak-anak kita untuk bersujud dan mengenal siapa penciptanya. Di saat mereka khawatir pada sosok malam karena semua satpamnya membolos tidak masuk kerja. Kita akan tertidur pulas karena memiliki penjaga yang tak pernah ambil cuti siang ataupun malam. Meski angin malam curi-curi masuk lewat lubang bilik yang tak tertutupi mimpi maupun koran akan membuat sakit: semoga saja kita tak mati muda dibuatnya.
Aku tak akan menyalahkanmu jika suatu saat kau menyesal karena menikahi lelaki pengangguran—untuk itu kau buat pekat hatimu di hari pernikahan kita. Hanya saja jangan putus punya mimpi dan jangan takut tak ada ruang lagi untuk menempelkan mimpi-mimpi itu. Kita masih miliki dinding langit yang luas yang tak akan habis meski berjuta-juta orang punya jutaan mimpi : semoga tuhan tak marah pada kita yang banyak mimpi sampai berserakan di halaman rumah.
Kuharap kau setuju hidup seperti ini : Setiap pagi kita buat potret-potret mimpi baru. Setiap sore kita susun batang-batang do’a menjadi tangga dan setiap tengah malam kita ke langit menjejak anak tangga yang tak terhitung jumlahnya untuk menempelkan mimpi-mimpi kita di dinding langit yang tak terhitung pula jumlahnya. Lalu kita tertidur pulas di ketiak-ketiak bintang.

wizurai
 
Mau belajar online php dan mysql untuk bikin web? Gabung aja di sini, ada kelas gratis buat sobat