Sebatang rokok yang sudah menjadi berhala tak habis kami cumbui di malam itu. Pun nyanyian sekelompok anak muda dan gitar sumbangya berlomba mendengung di kedua telinga. Sabda-sabda alam malam tak kalah menusuk seperti panah hujan yang sejak maghrib menancap di ubun-ubun. Kami ingat mimpi-mimpi. Yang semakin hari semakin panjang tak berujung.
Secangkir kopi pahit yang sudah menjadi dewa tak lekas kami teguk malam itu. Pun gerung-gerung mesin dan decit rodanya merambat dengan angin membelai tubuh lembab kami. Sepasang celepuk terbang kian kemari menembus awan yang tak kalah legam dengan warna langit. Kami ingat mimpi-mimpi. Yang semakin hari semakin tertinggal di telaga bayang.
Berhala. Nyanyian anak muda. Dewa. Sepasang celepuk.
Membawa kami dalam temaram mimpi-mimpi yang telah kami khianati.
Dan di sini, maki kami kian menjadi pada tuhan-tuhan kami.
Wizurai
Untuk Mimpi yang Kami Khianati
Posted:
Tuesday, June 29, 2010 |
Ditulis oleh
saha
|
Labels:
Puisi (Berhala)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
bagus banget Kang wiz... buat sendiri ya Kang? saluut deh
iya kang Mus... hobi bikin sajak sejak smp... hehehe jadi disalurkan lewat ngeblog..
bagus postingnya sob..
jangan mimpi aja kang...
berusaha yooo
mantap cara merangkai katanya :)
day dreaming terus sukanya mas doy...hakhakhak...
Post a Comment